Mengenai Saya

Foto saya
hiduup q yang penuh batuu dan durii..tapii dengan sepertii ini lah aku semangat untuk menjalani harii- harii kuu..

Rabu, 03 Agustus 2011

HC ambacang, kuranji padang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas Ambacang Kuranji di resmikan tanggal 05 juli 2006 dengan 15 orang staf, di pimpin oleh dr. Dewi Susanti Febri. Pada bulan Maret 2009, beliau di gantikan oleh dr. Hj. May Happy, yang selanjutnya masih menjabat sebagai kepala puskesmas ambacang Kuranji hingga saat ini. Awalnya pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan puskesmas kuranji, karena 4 kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya merupakan wilayah kerja puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang programkerja puskesmas ambacang kuranji telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.
B. Tujuan Pratikum
Untuk mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan kegiatan yang berdasarkan pola pikir ilmu kesehatan masyarakat.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Merupakan wawasan, pengetahuan dan keterampilan penulis dalam penerapan ilmu teori, ilmu praktek dilapangan.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan pada petugas Puskesmas dapat memanfaatkan hasil makalah ini sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan upaya kesehatan khususnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan puskesmas yang lain.





















BAB II
ISI
A. Analisa Situasi
1. Kondisi Umum
a. Geografi
Puskesmas ambacang kuranji meliputi 4 kelurahan sebagai wilayah kerjanya, dari sembilan kelurahan di kecamatan kuranji.
Keempat kelurahan tersebut adalah:
i. Kelurahan pasar ambacang
ii. Kelurahan anduring
iii. Kelurahan lubuk lintah
iv. Kelurahan ampang
Puskesmas ambacang kuranji terletak pada 0055’25.15”LS dan +100023’ 50.14”LU dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2. Batas- batas wilayah kerja puskesmas ambacang kuranji adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan korong gadang
- Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan pauh dan kecamatan padang timur.
- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan padang timur dan kecamatan nanggalo.
- Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan pauh.








Gambar 2.1 peta wilayah kerja puskesmas ambacang kuranji

Pada peta ini dapat dilihat letak puskesmas ambacang tidak berada di pusat peta melainkan ada perbatasan kelurahan lubuk lintah dan kelurahan pasar ambacang, persebaran sarana kesehatan di wilayah kerja puskesmas ambacang juga dapat dilihat, antara lain:
o 1 buah puskesmas pembantu yang pada peta letaknya berada di kelurahan lubuk lintah berdekatan dengan letak puskesmas utama.
o Posyandu lansia sebanyak 2 buah di kelurahan ampang, 2 buah di kelurahan pasar ambacang, 1 buah di kelurahan anduring dan 1 buah di kelurahan lubuk lintah.
o 2 buah klinik swasta terletak di kelurahan pasar ambacang
o 28 posyansdu balita tersebar di seluruh kelurahan di ambacang dengan jumlah terbanyak ( 9 posyandu balita) ada di kelurahan pasar ambacang
o Pada peta dilihat ada 3 poskesdes / poskeskel yang tersebar masing- masing 1 per- kelurahan di 3 kelurahan, hanya kelurahan lubuk lintah yang pada peta tidak memiliki poskesdes. Namun berdasarkan penjelasan dari kepala puskesmas dan melihat struktur organisasi di puskesmas, seluruh kelurahan di ambacang telah memiliki 1 poskesdes.
Wilayah kerja puskesmas ambacang kuranji di lalui oleh jalan raya yang berhubungan antara pelabuhan laut dan pelabuhan udara, juga di lalui sungai sebagai tempat aktivitas warga kelurahan pasar ambacang.
b. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas ambacang kuranji adalah 43.114 jiwa (2010), dengan rincian perkelurahan sebagai berikut:
No kelurahan Jumlah penduduk ( jiwa) Jumlah KK
1 Kelurahan pasar ambacang 15.461 3.513
2 Kelurahan anduring 12.329 1.924
3 Kelurahan ampang 6.373 2.928
4 Kelurahan lubuk lintah 8.951 1.673
Total 43.114 10.038
Tabel 2.1 jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas ambacang kuranji
Tabel diatas memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk dan jumlah KK terbanyak berada di kelurahan pasar ambacang.
c. Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk.
Penduduk wilayah kerja puskesmas ambacang kuranji sebagian besar beragama islam dengan mata pencaharian:
- Tani : 45 %
- Pegawai Negri : 20 %
- Buruh : 15 %
- Tani : 2 %
- Lain- lain :18 %

Terlihat sebagian besar penduduk ambacang, diluar yang profesi lain- lain, sebanyak 60 % bekerja di sektor non- formal yaitu sebagai petani dan buruh. Bila dianalisis berdasarkan data yang telah diperoleh disini kami cukup menyimpulkan bahwa hanya 22 % penduduk di ambacang yang bisa dikatakan berlatar belakang pendidikan formal yaitu yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan TNI, meskipun tidak menutup kemungkinan kelompok profesi lain juga memiliki latar belakang pendidikan formal.
2. Kondisi Khusus
a. Struktur organisasi puskesmas ambacang kuranji









STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS AMBACANG KURANJI






















b. Sarana, Prasarana dan Data Dasar
No VARIABEL JUMLAH
1 TK 8 BUAH
2 SD 22 BUAH
3 SMP / MTsN 5 BUAH
4 SMA/ SMK 3 BUAH
5 PERGURUAN TINGGI 1 BUAH
6 RUMAH IBADAH 65 BUAH
7 PANTI ASUHAN 2 BUAH
8 RESTORAN/ RUMAH MAKAN 19 BUAH
9 SARANA AIR BERSIH 6.726 BUAH
TABEL 2.2 data dasar sarana dan prasarana di wilayah kerja puskesmas ambacang bulan desember 2010

Berikut table- table mengenai data tambahan puskesmas ambacang
NO JENIS SARANA DAN PRASARANA JUMLAH
1 Bangunan puskesmas induk 2 unit
2 Bangunan puskesmas pembantu 1 unit
3 Rumah paramedis 2 unit
4 Kendaraan roda empat( ambulance) 1 unit
5 Kendaraan roda dua 3 unit
6 Rumah sakit 1 buah
7 Rumah sakit bersalin 2 buah
8 Klinik kesehatan 2 buah
9 Bidan praktek swasta 7 orang

Table 2.3 data sarana dan prasarana kesehatan
c. Tenaga, pendidikan tugas pokok
no Jenis ketenagaan pendidikan jumlah
1 Dokter umum S1 4
2 Dokter gigi S1 3
3 Apoteker S1 -
4 Sarjana kesehatan masyarakat S1 3
5 Perawat ahli S1 -
6 Perawat ahli madya D3 3
7 Nutrisionis S1 1
8 Perawat kesehatan SPK 3
9 Bidan ahli madya D3 11
10 Bidan SPK 7
11 Sanitarian D3 3
12 Perawat gigi SPRG 2
13 Pranata laboratorium kes SMAK 1
14 Asisten apoteker SMF 3
15 Sma SLTA
16 Sopir SLTP 1
17 Penjaga malam SLTP -
Jumlah 46
tabel 2.4 jumlah tenaga kesehatan puskesmas ambacang kuranji( februari 2011)

dengan jumlah pekerja sebanyak ini seharusnya program- program puskesmas bias dijalankan dengan maksimal, namun pada kenyataannya di lapangan jumlah pekerja yang terlihat melakukan pelayanan tidak sebanyak yang tertera di table,namun kami belum mendapatkan kepastian mengenai hal ini. Terutama yang sangat banyak adalah jumlah bidan yaitu 18 orang.
Program pokok puskesmas
1. Promosi kesehatan
Advokasi,sosialisasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat
2. Kesehatan lingkungan
Klinik sanitasi, pengawasan sanitasi
3. Kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
BPS,AMP,GSI dan pembinaan anakTK
4. Pencegahan penyakit menular
Imunisasi, TB, DBD dan diare
5. Gizi
Pojok gizi dan PMT
6. Pengobatan
Pelayanan prima
B. Kegiatan manajemen program kesehatan puskesmas dan hasil pencapaiannya
Puskesmas ambacang kuranji memiliki 6 program dasar yang meliputi promosi kesehatan, KIA dan KB, Gizi, Kesehatan Lingkungan, program pemberantasan penyakit menular, kesling dan pengobatan. Contoh pencapaian program peran serta masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat dijabarkan sebagai berikut:



No program target % pencapaian % Kesenjangan( %)
a Peran serta masyarakat
1. Posyandu balita
2. Posyandu lansia
3. TOGA
4. BATRA
5. POSBINDU
6. POSKESTREN
7. POSKESKEL
8. UKS 28
6
20
23
4
1
4
22 100
100
100
100
100
100
100
100 28
6
20
23
-
1
4
20 100
100
100
100
-
100
100
91 -
-
-
-
100
-
-
9
b Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
1. Frekuensi penyuluhan dalam gedung
2. Frekuensi penyuluhan luar gedung 96


336 100


100


94


359 97,9


106,8 2,1


+6,8
Table 2.5 pencapaian program kerja bidang promosi kesehatan tahun 2011
Kesenjangan dalam pencapaian target ketika melaksanakan program yang terlihat adalah belum terbentuknya POSBINDU di 4 kelurahan dan belum tercapainya target pembentukan UKS. Sayangnya UKS yang terbentuk sebanyak 20 buah tidak di jelaskan apakah melingkupi jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA atau hanya SD saja.

C. Masalah- masalah kesehatan yang terkait dalam meningkatkan status kesehatan ibu dan anak
Grafik di bawah ini menggambarkan data 10 penyakit terbanyak dari tahun 2008 hingga tahun 2010 di puskesmas ambacang, yang terbanyak adalah ISPA yang bahkan jumlahnya melonjak secara drastic pada tahun 2009. Namun tidak ada data mengenai penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi seperti penyakit menular seksual seperti HIV / AIDS, Gonorrhoe, dan lain- lain di dalam trend penyakit ini. Terutama untuk HIV/ AIDS adalah memang pendeteksiannya tidak mudah, apalagi gejala awalnya bisa saja menyerupai penyakit lain dan banyak factor risiko yang memungkinkan terjadinya HIV/ AIDS selain factor perilaku seks berupa koitus berganti- ganti pasangan.

Jumat, 08 Juli 2011

anatomi dan fisiologi payudara

Anatomi dan Fisiologi Payudara
September 23rd, 2009 lusa Leave a comment Go to comments
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Gambar 1. Anatomi payudara
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 6-9)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:1-5)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 14-17)
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 4-8)
Anatomi dan Fisiologi Payudara
September 23rd, 2009 lusa Leave a comment Go to comments
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Gambar 1. Anatomi payudara
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 6-9)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:1-5)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 14-17)
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 4-8)

Minggu, 15 Mei 2011

KET

BAB I
PENDAHULUAN
-
1.1 Latar belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus.Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Controland Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan
Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% . Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.
Menurut data yang diperoleh dari di Ruang Camar III bagian Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, kasus kehamilan ektopik menduduki peringkat ke-8 dari 10 kasus Ginekologi terbanyak pada tahun 2004.





















BAB II
PEMBAHASAN
pengertian
Kehamilan ektopik terjadi bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium rongga uterus. Biasanya kehamilan ini terjadi di saluran falopii ( tuba falopii ) , uterus (diluar endometrium rongga uterus), ovarium, intraligamenter, rongga abdomen ( perut ), dan kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus.
Penyebab
Sebagian besar penyebab tidak diketahui. Tiap kehamilan diawali dengan pembuahan sel telur di bagian ampulla tuba ( ujung tuba ), dan dalam perjalanan ke uterus hasil konsepsi tersebut mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat dengan adanya beberapa faktor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi panggul, penggunaan IUD ( spiral ), dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba.
Gejala yang ditimbulkan
Gejala klasik adanya kehamilan ektopik terganggu adalah: Tidak mendapatkan menstruasi. Nyeri perut bagian bawah yang sangat dan berawal dari satu sisi, kemudian ke tengah, dan ke seluruh perut bagian bawah akibat robeknya tuba.Penderita bisa sampai pingsan dan syok.
Perdarahan pervaginam
penanganannya
Apabila sudah dipastikan bahwa suatu kehamilan itu adalah kehamilan ektopik terganggu, maka jalan satu - satunya adalah dengan mengakhiri kehamilan dengan cara operasi. Walau ada dengan cara menggunakan obat - obatan, tetapi itu digunakan bila KET yang didiagnosa secara dini dan belum ada robekan tuba.







Gambar Konsep Kehamilan Ektopik



Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan.Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.



Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.Hal ini menunjukkan kematian janin.Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%.
Faktor-faktor yang menyebabkan kehamilan ektopik sebagai berikut:
1.Faktor uterus:
a.Tumor rahim yang menekan tuba.
b.Uterus hipoplastik.
2.Faktor tuba:
a.Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfingitis.
b.tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
c.gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba.
d.operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
e.endometriosis tuba.
f.stiktur tuba.
g.divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya.
h.perlekatan peritubal dan lekukan tuba.
i.tumor lain menekan tuba.
j.lumen kembar dan sempit.
3.Faktor ovum.
a.migrasi eksterna dari ovum
b.perleketan membrane granulose.
c.rapid cell devinision.
d.migrasi internal ovum.
4.Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena kontrasepsi sendiri mengurangi insiden kehamilan. Akan tetapi di kalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi tuba, kegagalan alat kontrasepsi dalam rahim, dan kegagalan pil yang mengandung hanya progestagen saja. Kegagalan sterilisasi terjadi apabila terbentuk fistula yang meloloskan spermatozoa sehingga dapat terjadi konsepsi terhadap ovum di dalam ampulla tetapi konseptus tidak dapat masuk kembali ke dalam saluran telur untuk selanjutnya kembali ke dalam rahim seperti biasa.
5.Peningkatan afinitas mukosa tuba
Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang berdaya meningkatkan implantasi pada tuba.
6.Pengaruh proses bayi tabung
Komplikasi
Komplikasi yang utama adalah akibat yang ditimbulkan oleh perdarahan yaitu anemia, syok, dan kematian. Perdarahan intraabdominal yang berlangsung cepat dan dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan syok bahkan kematian dengan segera.
JADI SEBAGAI SEORANG BIDAN, KALAU DATANG PASIEN KEPADA KITA DENGAN KELUHAN PERUT MENGALAMI SAKIT YANG ADE KUATNYA, DI PEGANG SEDIKIT SAJA DIA MERASA KESAKITAN MAKA LEBIH BAIK KITA RUJUK , JANGAN SEKALI- SEKALI KITA MELAKUKAN ASUH AN PERSALINAN KEPADA PASIEN KITA TERSEBUT KARENA HAL ITU SANGAT MEMBAHAYAKAN KITA, PASIEN YANG MENGALAMI KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU BISA SANGAT BANYAK MENGELUARKAN DARAH DALAM HITUNGAN DETIK PUN NYAWA PASIEN BISA MELAYANG.


DAFTAR PUSTAKA


1. Ayu, Ida. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/02/askep-kehamilan-ektopik-terganggu.html.
4. Liewellyn-jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, Hipokrates Edisi 6.
5. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
6. www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
7. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka
8. Rosanti, Anita .2003. Kumpulan Mater MaternitasII Program Studi D. IV. Fakultas Kedokteran Negeri Airlangga : Surabaya
9. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.

Kamis, 05 Mei 2011

BERBAGAI MACAM TENTANG KONTRASEPSI IMPLANT..

A. Pengertian Implant
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
Kontrasepsi implan merupakan kontrasepsi yang berbentuk batang kecil yang mengandung hormon progestin. Setelah bidan mematikan rasa di kulit dengan menggunakan anastetik, kemudian alat seperti jarum (trocar) digunakan untuk menempatkan implan di bawah kulit pada lengan bagian atas. Pemasangan implan tidak memerlukan jahitan pada kulit. Secara perlahan, implan akan melepaskan progestin ke dalam aliran darah. Implan efektif digunakan selama 3 tahun.
B. Jenis Implant
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
C. Mekanisme Kerja
Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme kerjanya menurut Manuaba adalah
1) Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.
2) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.
3) Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi.
D. Efektifitas Implant
Menurut Hartanto, (2002) efektifitas implant adalah :
a. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
b. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil.
c. Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
E. Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada :
a. Perempuan yang telah memiliki anak ataupun yang belum.
b. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
c. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Perempuan pasca persalinan.
f. Perempuan pasca keguguran.
g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
h. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
i. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
F. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi implant adalah sebagai berikut :
a. Perempuan hamil atau diduga hamil.
b. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.
c. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
d. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
e. Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
G. Keuntungan
Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah :
a. Keuntungan kontrasepsi yaitu :
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e) Bebas dari pengaruh estrogen.
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
g) Tidak mengganggu ASI.
h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
b. Keuntungan non kontrasepsi yaitu :
a) Mengurangi nyeri haid.
b) Mengurangi jumlah darah haid
c) Mengurangi/memperbaiki anemia.
d) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
e) Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara.
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.
g) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
h. Kerugian
H. Kerugian implant
Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:
a. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.
c. Biaya Lebih mahal.
d. Sering timbul perubahan pola haid.
e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
f. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.
g. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.
I. Cara pemasangan
Menurut Manuaba teknik pemasangan implant adalah sebagai berikut:
a. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila terdiri dari 6 kapsul buah seperti kipas terbuka).
b. Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan likokain 2%.
c. Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.
d. Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.
e. Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong sampai terasa ada tahanan.
f. Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik ke luar.
g. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.
h. Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid). Teknik ini berlaku untuk semua jenis implant.
i. Efek samping / Komplikasi dan cara Penanggulangannya
J. Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa efek samping / komplikasi dan cara penanggulangannya adalah sebagai berikut :
a. Amenorea
i. Pastikan hamil atau tidak hamil, bila tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus, khusus konseling saja.
ii. Bila klien tetap saja tidak menerima, angkat implant dan angjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
iii. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilannya, cabut implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.
b. Perdarahan, bercak (spotting) ringan
i. Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
ii. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.
iii. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
iv. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Ekspulasi
i. Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
ii. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda.
iii. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
d. Infeksi pada daerah insersi
i. Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.
ii. Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
iii. Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru. Pada sisi lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain.
iv. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari.
e. Berat badan naik / turun
i. Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih.
ii. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari metode lain.

Sabtu, 30 April 2011

pelayanan kespro pada PUS dan MENOPOUSE

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia dalam hidupnya mengalami beberapa tahapan perkembangan. Tahap yang dilalui dalam perkembangan setiap kehidupan manusia, meliputi :
a.Tahap anak dalam kandungan, kemudian lahir.
b.Tahap anak
c.Tahap dewasa muda
d.Tahap dewasa tua
e.Tahap tua, untuk kemudian meninggal.
Dalam rangka mempertahankan jenisnya di dunia ini, semua makhluk hidup memiliki sistem perbanyakan jenis atau sistem berkembang biak yang disebut pula sistem reproduksi. Perkataan reproduksi di sini diartikan sebagai produksi keturunan.
Dikenal dua macam cara reproduksi, yaitu reproduksi seksual dan reproduksi aseksual. Pada reproduksi seksual, keturunan baru lahir setelah suatu proses yang melibatkan sel kelamin. Suatu reproduksi seksual dapat bersifat biseksual, bila keturunan tersebut terjadi akibat penyatuan 2 jenis sel kelamin, yaitu sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Reproduksi seksual dapat juga bersifat uniseksual atau disebut partenogenesis, bila munculnya makhluk baru terjadi dengan hanya melibatkan satu jenis sel kelamin saja misalnya sebagai wujud pengembangan sel telur yang tidak dibuahi. Pada reproduksi aseksual, perkembangbiakan terjadi tanpa melibatkan sel kelamin, misalnya melalui pembelahan diri atau penumbuhan tunas baru.

Pada manusia terjadi reproduksi biseksual. Proses reproduksi ini mulai dengan bertemunya sel mani dari pria dengan sel telur dari wanita, sehingga wanita tersebut menjadi hamil untuk kemudian manusia baru. Sejak dahulu kala, manusia telah berusaha untuk mengendalikan fungsi reproduksinya dengan berbagai cara. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia, khususnya tentang sistem reproduksi manusia, amat memacu perkembangan upaya pengendalian kelahiran, yang menjadi upaya pendukung utama dalam keluarga berencana.
Pembicaraan tentang sistem dan alat reproduksi pria dan wanita kadangkala dianggap tabu, akan tetapi dalam pelaksanaan tentang ini perlu disebarluaskan kepada masyarakat melalui para petugas secara bertanggung jawab, guna memperlancar upaya perencanaan kelahiran dalam keluarga, menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Di bawah ini diuraikan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi manusia, faktor yang berpengaruh serta reproduksi sehat manusia.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan bagian tubuh dan menguraikannya satu persatu. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari kerja atau faal/fungsi bagian atau alat tubuh. Sesuai dengan sistem reproduksi manusia yang bersifat biseksual, di bawah ini akan diuraikan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria dan sistem reproduksi wanita.

Reproduksi manusia juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tergolong psikoedukatif, yaitu faktor kejiwaan dan pendidikan atau pengetahuan manusia. Kesadaran akan gawatnya masalah kependudukan suatu negara, merupakan motivasi untuk upaya pentingnya memelihara kesehatan ibu dan anak Berta keluarga, membuat para pasutri mempraktekkan keluarga berencana. Dalam banyak hal, pendidikan kaum wanita berpengaruh positif terhadap pengendalian reproduksinya.

Faktor yang tergolong dalam kelompok sosial budaya memberi pengaruh pula terhadap reproduksi manusia. Pandangan bahwa anak laki-laki lebih berharga daripada wanita, banyak anak banyak rejeki seringkali menjadi pendorong pemacuan terhadap fungsi reproduksi, bahkan seringkali dengan melupakan akibat buruk terhadap kesehatan ibu dan anak.
Rendahnya status kaum wanita dalam budaya sesuatu bangsa serta peranan wanita yang terbatas pada pengelolaan rumah tangga saja, seringkali mengakibatkan pengaruh negatif pada reproduksi manusia.

B. Rumusan masalah
• Jelaskan apa yang di maksud dengan pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS, PUS dan Menopouse / klimakterium.
C. Tujuan penulisan
• Memenuhi tugas mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat
• Agar kita sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan, sehingga mengetahui serta memahami tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada PUS, WUS dan menopause / klimakterium.

BAB II
ISI

Pelayanan Kesehatan Reproduksi
1. PUS dan WUS
Tidak semua pasangan usia subur (PUS), memiliki reproduksi yang sehat dalam pengertian memiliki kesuburan yang siap dibuahi atau membuahi. Untuk mengatasi hal tersebut sebagian besar PUS memilih untuk mendapatkan anak melalui konsepsi buatan.
Setiap pasangan suami-isteri yang telah menikah selalu menginginkan untuk memiliki anak atau keturunan. Anak dapat diperoleh melalui hubungan intim suami dan isteri (anak kandung) atau dapat dilakukan dengan cara mengadopsi anak dari pasangan lain (anak angkat/anak piara). Namun yang sangat diharapkan oleh setiap pasangan adalah memiliki anak kandung.
Namun dalam kenyataan hidup, ada pasangan yang isterinya tidak dapat hamil karena adanya gangguan infertilitas/ketidaksuburan pada salah satu diantara pasangan tersebut baik isteri maupun suami. Sehingga harapan untuk mendapatkan anak melalui hubungan intim suami isteri sulit tercapai. Hal ini mendorong pasangan yang mengalami masalah infertilitas untuk mencari jalan keluar, yang salah satu caranya adalah melaui konsepsi buatan atau bayi tabung.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama dibidang kedokteran, telah berhasil melakukan konsepsi buatan. Penyelidikan IVF dimulai di Inggris oleh Robert Edwards dan Patrick Steptoe, yang berhasil melahirkan bayi tabung pertama di dunia pada tahun 1978, diikuti bayi tabung kedua (pertama di Amerika Serikat) pada tahun 1981 di Norfolk. Sedangkan di Indonesia bayi tabung pertama lahir pada tanggal 2 Mei 1988 di Jakarta oleh program Melati RSAB Harapan Kita, (Hanifa Wiknosastro, Ilmu Kebidanan, hal 937). Dengan demikian pada dasarnya konsepsi buatan atau bayi tabung diperbolehkan sepanjang tidak melanggar norma, agama, etika, hukum, dan HAM serta memenuhi persyaratan medis.
Pelayanan yang diberikan kepada PUS adalah
a. Dimana apabila datang seorang wanita dengan calon suaminya,ia mengatakan akan menikah dan meminta suntik catin maka kita sebagai tenaga kesehatan berhak melayaninya dan memberikan suntik catin kepada pasangan usia subur tersebut.
b. Memberikan pengetahuan bagaimana sikap seorang PUS ini harus sesuai dengan kodratnya, tidak sama dengan sebelum dia menikah, atau masih gadis. Dia harus mampu melayani suaminya, bukan kebutuhan bathiniah saja tapi rohaniah dan yang laennya juga.
c. Apabila seorang wanita datang untuk memakai KB maka bidannya harus menanyakan apakah suaminya setuju dengan ia memakai KB. Bila perlu si wanita tadi datang bersama suaminya, jadi suaminya juga ikut dalam menentukan kontrasepsi yang baik dan aman untuk istrinya.
d. Apabila PUS datang untuk konsling, maka kita sebagai bidan harus mau mendengarkan keluh kesah dari pasien tersebut,apabila ia minta pendapat maka kita sebagai bidan memberikannya nasihat- nasihat atau solusi bagaimana cara mengatasi masalahnya tersebut.
e. Apabila seorang wanita yang ingin menikah datang kepada kita maka ada baiknya kita membekali sedikit ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada wanita tersebut agar sekurang- kurangnya ia mengerti apa itu kesehatan reproduksi yang harus di jaga selalu oleh seorang wanita.
2. Menopouse atau klimakterium
Menopouse adalah haid terakhir atau saat tejadinya haid terakhir. Diagnosis menopouse di buat setelah terdapat amenore sekurang- kurangnya satu tahun. Umur waktu terjadinya menopouse di pengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan. Disini orang yang mengalami menopouse di temuan beberapa hal nyata yang dapat dilihat yaitu
a. Perubahan kejiwaan, perubahan kejiwaan yang dialami seorarng wanita menjelang menopouse meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena Tkut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung berdebar dan rasa takut bahwa suami akan menyeleweng.
b. Perubahan fisik, pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor. Kulit menjadi mudah terbakar sinar matahari. Pada kulit timbul bintik hitam
Perubahan wanita menuju masa baya antara 50- 65 tahun
• Fase pra menopouse, wanita mengalami kekacauan pola haid, perubahan psikologis dan perubahan fisik. Terjadi pada usia antara 48 – 55 tahun.
• Fase menopouse, terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol. Berlangsung pada usia antara 56- 60 tahun.
• Fase panca menopouse, terjadi pada usia di atas 60 – 65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik. Keluhan makin berkurang
Pelayanan yang dapat diberikan kepada wanita yang mengalami menopouse ini adalah
1. Kita sebagai bidan mengarahkan kepada wanita yang mengalami menopouse ini untuk dapat menghindari perubahan kejiwaan. Maksudnya disini yaitu dengan berdasarkan atas keharmonisan keluarga dan saling pengertian. Di tengah keluarga yang harmonis kesiapan menerima proses penuaan makin besar tanpa menghadapi gejala klinis yang berarti
2. Kita memberi tips- tips atau pengetahuan- pengetahuan untuk dapat agar si ibu tadi senang, misalnya dengan cara memberikan tips tips ringan untuk menghindari penuan kulit terlalu cepat. Misalnya menganjurkan ibu jangan terlalu gemuk, sehingga hilangnya lemak bawah kulit tidak terlalu kentara, atau menghindari sebanyak mungkin sinar matahari, karena ultra violet dapat merusak kulit dan menimbulkan kanker kulit dan informasi- informasi ringan lainnya
3. Memberitahu bagaimana cara mempertahankan aktifitas fisik. Misalnya dengan senam untuk menambah kesegaran jasmani. Mengikuti senam kesegaran jasmani sebanyak 2 kali seminggu sudah cukup untuk mempertahankan kebugaran fisik.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada masa- masa menopouse ini. Misalnya pemeriksaan rutin sederhana saja yaitu seperti pemeriksaan fisik umum ( tekanan darah,nadi, suhu, pernapasan,pemeriksaan perut, dan pemeriksaan payudara. Pemeriksaan fisik khusus terhadap kewanitaannya dan memeriksa dengan alat. Dan juga melalukan pemeriksaan laboratorium rutin seperti pemeriksaan gula darah lengakp, urine lengkap,pemeriksaan kolesterol dll.
5. Memberikan konsling- konsling sehingga terpecahkan masalah yang dikemukakannya tadi. Keluhan- keluhan yang terjadi dapat diatasi dengan baik.
Sampai akhir abad ini di indonesia akan dijumpai sekitar 8- 10 % lansia dan wanita akan lebih banyak dibandingkan dengan kaum pria. Kesehatan mereka harus mendapat perhatian, oleh karena mereka telah berjasa sepanjang pengabdiannya, sehingga tercapai kebahagiaan serta kesejahteraan.

Minggu, 10 April 2011

varney

MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT VARNEY
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2. Standar 7 langkah Varney, yaitu :
Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.


Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien

Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik

Penerapan Manajemen Kebidanan Varney Dalam Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Resiko Tinggi Dengan Pre Eklamsi
Adapun penerapan manajemen kebidanan menurut Varney meliputi : pengkajian, intervensi data, masalah, potensial antisipasi, implementasi, intervensi, evaluasi.

Langkah I: Pengkajian
Pasien datang periksa darik kepala sampai ujung kaki termasuk sistem tubuh, penampilan umum dan status fisiologi. Pada pasien pre eklampsi (PE) ringan kita kaji terutama ke arah adanya tanda-tanda PR eklamsia antara lain
1. Data Subyektif
1) Biodata
Umur penting karena merupakan faktor predisposisi terjadinya (PE). Pada pre eklampsi berat dapat terjadi pada umur <20 tahun >35 tahun.
2) Keluhan pasien
Dijunjukkan pada data yang terutama mengarah pada tanda dan gejala yang berhubungan dengan pre eklampsia.
Pada keadaan ini klien mengeluh kepala pusing, kaki dan jari tangan bengkak.
3) Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan dengan ini dikaji terutama mengenai penyakit hipertensi dan penyakit diabetes melitus (DM), dimana keduanya merupakan penyakit keturunan. Bila hal ini terjadi maka hipertensi yang timbul dapat dijadikan data yang bukan mengacu pada tanda pre eklampsi.
4) Riwayat Kesehatan Pasien
Ditujukan pada faktor-faktor penyakit yang diderita yang berkaitan dengan arah Predisposisi PE yaitu hipertensi.
5) Riwayat kebidanan
Dikaji terutama riwayat kehamilan yang lalu bagi multigravida apakah pada riwayat kehamilan yang lalu mengalami hal yang sama HPHT untuk menentukan umur kehamilan, karena PE terjadi pada umur kehamilan setelah 20 minggu.


6) Riwayat keluarga berencana
Terutama pada ibu dengan alkon hormonal, untuk mengetahui penggunaan alkon sebelum hamil karena hipertensi salah satu kontrak indikasi penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
7) Riwayat perkawinan
Kemungkinan psikologis pasien sebagai penyebab terjadinya PE, meskipun merupakan penyebab yang belum jelas. Gangguan psikologis pada ibu dapat memacu timbulnya pre eklampsi dalam kehamilan.
8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Perlu dikaji mengenai :
Pola nutrisi
Berkaitan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang asih, atau mengkonsumsi makanan yang berlebihan sehingga terjadi kenaikan berat badan yang berlebihan, ini perlu dicurigai terjadinya pre eklampsi.
Pola aktifitas dan latihan
Dikaji karena dasar pengobatan pada PE adalah istirahat yang cukup, dengan ini tekanan darah dan oedema berangsur berkurang.
Pola persepsi kesehatan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu untuk menolong dirinya sendiri apabila terjadi PE.
Pola persepsi kognitif
Untuk mengkaji kemampuan daya ingat terhadap peristiwa yang pernah dialami pada masa lalu yang berkaitan dengan kejadian PE, kaitannya dengan riwayat obstetri yang lalu dan riwayat kehamilan sekarang.

Pola pertahanan diri
Bagaimana ibu dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya yang dapat mempengaruhi mmentalnya atau memperberat penyakitnya.
9) Keadaan psikologis
Terutama pada psikologis pasien yang tidak stabil karena ini salah satu faktor penyebab terjadinya PE, didalamnya terdapat data bagaimana keluarga, suami maupun dirinya sendiri menerima kehamiannya.
10) Pengetahuan pasien
Yang dikaji adalah berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang pre eklampsia yang meliputi pengertian, resiko dan upaya pengobatan.
2. Data Obyektif
Dari data obyektif terutama dikaji mengenai
1) Tekanan darah
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan berat ringannya PE yaitu kenaikan sistolik 30 mm HG atau lebih diatas tekanan biasa, tekanan histolik naik 15 mm HG atau lebih atau menjadi 90 mm HG.
2) Berat badan
Pada pemeriksaan awal maupun ulang untuk mengevaluasi kenaikan BB yaitu bila kenaikan berat badan ½ kg per minggu dinyatakan normal, sedang berat badan dalam 1 minggu naik 1 kg sampai beberapa kali, ini perlu diwaspadai.
3) Muka/kaki dan jari tangan (Extremitas)
Pola PE akan terjadi oedema, pada PE ringan oedem biasanya belum terjadi, oedem terjadi karena penimbunan cairan umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh yang dijumpai pada muka, kaki maupun jari tangan.

4) Perkusi
Terjadinya spasme arteriol mempengatuhi pusat rangsang saraf diotak sehingga reflek patella tidak terjadi.
5) Auskultasi
Ditujukan untuk mengetahui keadaan janin didalam kandungan guna mendeteksi adanya gawat janin.
3. Data Penunjang
1) Laboratorium
Diarahkan untuk mengkaji protein urine, karena protein urine yang positif merupakan tanda dan gejala pre eklampsi.
2) Pemeriksaan dalam untuk menilai kemajuan persalinan.
3) UPD untuk mengetahui ada tidaknya kesempitan panggul.

Langkah II; Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
a. Diagnosa Nomenklatur
Diagnosa ditetapkan berdasarkan data-data yang tekumpul dari pengkajian yaitu ;
G1 P0 A0,umur 21 th, hamil 39 minggu
Janin tunggal.hidup intra uterin
Presentasi kepala,sudah masuk PAP,puka
Dengan pre eklamsi ringan
Masalah kebidanan
Didasari dengan tanda-tanda yang terkumpul dari pengkajian maka masalah kebidanan yang dapat ditetapkan adalah
Peningkatan tekanan darah,dan gangguan psikologi yaitu cemas karena kondisi ibu.

Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Diagnosa potensial yang kemungkinan muncul pada ibu bersalin dengan pre eklamsi ringan adalah pre eklamsi berat
Untuk mencegah terjadinya Pre eklamsi berat dilakukan pemantauan tekanan darah

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera berdasarkan
Kondisi yang mungkin muncul adalah kegawatan pada janin yang perlu tindakan segara dengan oxygenasi dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan atau pemberian therapy dan oxygenasi.

Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
Perencanaan asuhan berkaitan dengan diagnosa dan masalah yang ditetapkan dan disusun secara prioritas yaitu :
1) Memberitahu tentang hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy dan pemeriksaan laboratorium.

Langkah VI : Implementasi
Pelaksanaan berdasarkan rencana yang disusun adalah:
1) Memberikan informasi tentang keadaan pasien.
2) Mengadakan kolaborasi dengan dokter, bila diperlukan.
3) Memberikan pengetahuan dan memberi motivasi terhadap tidak lanjut penaganan persalinannya.
Masalah
Kecemasan pasien terhadap keadaan dirinya dan janinnya diberikan penyuluhan dan konseling tentang pre eklamsi dan cara mengatasinya
Kebutuhan Masalah
Untuk pemeriksaan laboratorium, persalinan dan lain-lain akan berkolaborasi.


LangkahVII:Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada diagnosa nomenklatur, masalah dan kebutuhan pasien telah dapat teratasi atau belum adalah:
1) Apakah pre eklamsi ringan berlanjut menjadi pre eklamsi berat?
2) Apakah terjadi kegawatan pada janin?
pakah kecemasan pasien teratasi?

Rabu, 30 Maret 2011

metode suhu basal

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.

Metode Suhu Tubuh Basal suatu metode yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, menentukan masa ovulasi. Karena progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum, menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh tubuh dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu tubuh terjadi peningkatan sedikitnya 0,4ºF (0,2 - 0,5ºC) diatas 6 kali perubahan suhu sebelumnya yang diukur.

Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.

Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.

Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.





2. MANFAAT

*Manfaat konsepsi

Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
*Manfaatkontrasepsi

Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.
3. EFEKTIFITAS
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
Cukup baik dengan angka kegagalan 0,3 – 6,6 kehamilan per 100 wanita per tahun
4.FAKTOR KEANDALAN
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Penyakit.
2. Gangguan tidur.
3. Merokok dan atau minum alkohol.
4. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
5. Stres.
6. Penggunaan selimut elektrik.
5. KEUNTUNGAN
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

6.KETERBATASAN

Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.
7.PETUNJUK BAGI PENGGUNA
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).
2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.
9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.




CATATAN :
1. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.



CONTOH!! Pencatatan Pengukuran Suhu Basal Tubuh

Selasa, 29 Maret 2011

sejarah komputer beserta sistim operasi nya

Sejarah Komputer
Sejarah komputer sudah di mulai sejak zaman dahulu kala. Manusia juga menemukan alat- alat mekanik dan elektronik untuk membantu manusia dalam penghitungan dan pengolahan data supaya bisa mendapatkan hasil lebih cepat. Komputer yang kita temui saat ini adalah suatu evolusi panjang dari penemuan- penemuan manusia sejak dahulu kala berupa alat mekanik maupun elektronik.
Saat ini komputer dan piranti pendukungnya telah masuk dalam setiap aspek kehidupan dan pekerjaan. Komputer yang ada sekarang memiliki kemampuan yang lebih dari sekedar perhitungan matematik biasa. Diantaranya adalah sistem komputer di kassa supermarket yang mampu membaca kode barang belanja, sentral telephone yang menangani jutaan panggilan dan komunikasi, jaringan komputer dan internet yang menghubungkan berbagai tempat di dunia.
Sejarah komputer menurut periodenya adalah:
1. Alat hitung tradisional dan kalkulator mekanik
2. Komputer generasi pertama
3. Komputer generasi kedua
4. Komputer generasi ketiga
5. Komputer geberasi keempat
6. komputer generasi kelima.
Awal mula komputer yang sebenarnya dibentuk oleh seorang professor matematika inggris, charles babbage. Tahun 1812, babbage memperhatikan kesesuaian alam antara mesin mekanik dan matematika yaitu mesin mekanik sangat baik dalam mengerjakan tugas yang sama berulangkali tanpa kesalahan, sedangkan matematika membutuhkan repetisi sederhana dari suatu langkah- langkah tertentu. Usaha babbage yang pertama untuk menjawab masalah ini muncul pada tahun 1822 ketika ia mengusulkan suatu mesin untuk melakukan perhitungan persamaan differensial. Mesin ini dinamakan mesin deferensial dengan menggunakan tenaga uap, mesin tersebut dapat menyimpan program dan dapat melakukan kalkulasi serta mencetak hasilnya secara otomatis.
KOMPUTER GENERASI PERTAMA
Dengan terjadinya perang dunia kedua, negara- negara yang terlibat dalam perang tersebut berusaha mengembangkan komputer untuk mengeksploitasi potensi strategis yang dimiliki komputer. Hal ini meningkatkan pendanaan pengembangan komputer serta mempercepat kemajuan teknik komputer.
Komputer generasi pertama dikarakteristik dengan fakta instruksi operasi dibuat secara spesifik untuk suatu tugas tertentu. Setiap komputer memiliki program kode- biner yang berbeda yang disebut “ bahasa mesin”. Hal ini menyebabkan komputer sulit untuk diprogram dan membatasi kecepatannya. Ciri lain komputer generasi pertama adalah penggunaan tube vakum.
KOMPUTER GENERASI KEDUA
Pada awal 1960-an, mulai bermunculan komputer generasi kedua yang sukses di bidang bisnis, di universitas, dan di pemerintahan. Komputer- komputer generasi kedua ini merupakan komputer yang sepenuhnya menggunakan transistor. Mereka juga memiliki komponen- komponen yang dapat diasosiasikan dengan komputer pada saat ini: printer, penyimpanan dalam disket, memory, sistem operasi, dan program. Salah satu contoh penting komputer pada masa ini adalah IBM 1401 yang di terima secara luas dikalangan industri. Pada tahun 1965, hampir seluruh bisnis – bisnis besar menggunakan komputer generasi kedua untuk memproses informasi keuangan
KOMPUTER GENERASI KE TIGA
Walaupun transistor dalam banyak hal mengungguli tube vakum, namun transistor menghasilkan panas yang cukup, yang dapat berpotensi merusak bagian- bagian internal komputer. Batu kuarsa menghilangkan masalah ini. Jack kilby, seorang insinyur di texas instrument, mengembangkan sirkuit terintegrasi di tahun 1958. IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa. Para ilmuan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponen- komponen kedalam suatu chip tunggal yang disebut semi komduktor. Hasilnya, komputer menjadi semakin kecil karena komponen- komponen dapat dipadatkan dalam chip. Kemajuan komputer generasi ketiga lainnya adalah penggunaan sistem operasi yang memungkinkan mesin untuk menjalankan berbagai program yang berbeda secara serentak dengan sebuah program yang memonitor dan mengkoordinasi memori komputer.
KOMPUTER GENERASI KEEMPAT
Setelah IC, tujuan pengembangan menjadi lebih jelas yaitu mengecilkan umuran sirkuit dan komponen- komponen elektrik. Large scale integration (LSI) dapat memuat ratusan komponen dalam sebuah chip. Pada tahun 1980-an, Very Large Scale Integration memuat ribuan komponen dalam sebuah chip tunggal. Kemampuan untuk memasang sedemikian banyak komponen dalam suatu keping yang berukuran setengah keping uang logam mendorong turunnya harga dan ukuran komputer. Hal tersebut juga meningkatkan daya kerja, efisiensi dan kehandalan komputer. Chip intel 4004 yang dibuat pada tahun 1971 membawa kemajuan pada IC dengan meletakkan seluruh komponen dari sebuah komputer dalam sebuah chip yang sangat kecil. Sekaarng, sebuah mikroprosesor dapat diproduksi dan kemudian di program untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang diinginkan. Tidak lama kemudian, setiap perangkat rumah tangga seperti microwave oven, televisi, dan mobil dengan elektronik fuel injection dilengkapi dengan mikrosprosesor.
KOMPUTER GENERASI KELIMA
Mendefinisikan komputer generasikelima menjadi cukup sulit karena tahap ini masih sangat muda. Contoh imajinatif komputer generasi kelima adalah komputer fiksi HAL 9000 dari novel karya Arthur C. HAL menampilkan seluruh fungsi yang diinginkan dari sebuah komputer generasi kelima. Dengan kecerdasan buatan, HAL dapat cukup memiliki nalar untuk melakukan percakapan dengan manusia, menggunakan memasukan visual, dan belajar dari pengalamannya sendiri.
Banyak kemajuan dibidang disain komputer dan teknologi semakin memungkinkan pembuatan komputer generasi kelima. Dua kemajuan rekayasa yang terutama adalah kemampuan pemprosesan paralel, yang akan menggantikan model von neumann. Kemajuan lain adalah teknologi superkonduktor yang memungkinkan aliran elektrik tanpa ada hambatan apapun, yang nantinya dapat mempercepat kecepatan informasi.